slidegossip.com - Jika pada umumnya kehamilan membawa kebahagiaan buat sang ibu yang mengandung, namun tak demikian dengan Huang Yijun, wanita asal Tiongkok yang terus merawat bayinya yang telah meninggal dalam perutnya selama 60 tahun.
Seperti dilansir dari hops.id (7/7/2020), kisah tersebut bermula saat Huang Yijun hamil pada usia 31 tahun (1948). Sayangnya, saat itu kehamilan Huang Yijun tak biasa. Dokter menyebutnya dengan istilah ektopik, artinya telur itu tidak melekat di rahim.
Pada sebagian besar kehamilan ektopik, biasanya telur akan ditanam di tuba Fallopii, tetapi dalam kasus Huang, telur ditanamkan di luar tuba Fallopii-nya, yang menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai 'kehamilan abdominal'.
Kondisi yang dialami Huang Yijun terbilang sangat jarang, hanya sekitar satu persen dari semua kehamilan dalam kategori tersebut. Dokter pun memvonis bayi Huang tak akan bertahan lama. Kalaupun bisa bertahan sampai lahir, dia akan cacat 21 persen.
Benar saja, sang janin meninggal dalam perut Huang. Namun ukurannya ketika itu cukup besar. Seharusnya, jika bayi itu meninggal dengan ukuran kecil, jaringan biasanya akan rusak dan tubuh akan membuangnya secara alami. Namun, dalam kasus Huang, bayinya cukup besar sehingga tubuhnya tidak mampu menyingkirkannya.
Dokter kemudian meminta Huang untuk mengangkat bayinya yang telah meninggal dari perut. Sebab jika tidak dilakukan, Huang berpotensi mengalami gangguan kesehatan. Sayangnya saat itu biaya operasi untuk pengangkatan sang bayi dipatok Rp 21 jutaan. Lantaran tak punya uang, Huang kemudian mendiamkan saja bayinya yang mati itu di dalam perutnya.
"Itu adalah (biaya) jumlah yang sangat besar pada saat itu, lebih dari yang diterima seluruh keluarga dalam beberapa tahun, jadi saya tidak melakukan apa pun dan mengabaikannya," kata Huang dalam sebuah wawancara.
Setelah 60 tahun, bayi yang meninggal di dalam perut itu kemudian mengeras seperti batu. Ini terjadi karena simpanan kalsium akan menumpuk di sekitar jaringan yang mati, mengubah janin menjadi 'bayi batu' atau lebih tepatnya secara teknis disebut 'litopedion'.
Wanita yang mengalami hal ini memang sering tidak menyadarinya. Tetapi dalam kasus bayi batu yang diketahui, rentang waktu bertahan di dalam perut adalah 22 tahun. Sementara Huang sampai 60 tahun. Dan menariknya, walau ada bayi batu di perut, para wanita bahkan sering dapat memiliki anak-anak lainnya. Namun Huang tidak pernah hamil lagi. Bayi batu itu terus saja ada di perutnya. Sampai pada usianya menginjak 92 tahun di tahun 2009, ia kemudian memilih untuk mengangkatnya. Alhasil, bayi itu sudah tampak mengering.