slidegossip.com - Kisah inspiratif dari seorang mualaf memang selalu menarik perhatian. Dari kisah tersebut, umat Muslim dapat memetik hikmahnya dan senantiasa bersyukur pada sang Khalik.
Hasanudin (harianbatakpos.com)
Baru-baru ini, kisah seorang bos besar yang pindah agama Islam, mendadak ramai diperbincangkan. Seperti dilansir dari nusantaratv.com (26/4/2020), seorang mualaf bernama Hasanudin berbagi kisah hidupnya yang berubah drastis setelah masuk Islam.
Hasanudin dulunya adalah seorang General Manager di sebuah tempat hiburan dengan gaji per bulan sebesar Rp. 100 juta rupiah. Saat itu ia hidup bergelimang harta, mobil dan rumah mewah sudah ia miliki.
"Dulu punya rumah tingkat di Jakarta, punya mobil. Ah pokoknya komplit lah. Dulu hidupnya bagus, enak. Dulu saya kerja di tempat hiburan, jadi general manager. Bosnya dulu saya," ungkap pria berusia 65 tahun itu.
Namun saat itu, konflik rumah tangganya mulai bermunculan. Hingga akhirnya Hasan pun bercerai dengan istrinya. Setelah menikah lagi, tetap saja hidup Hasan selalu diwarnai perpecahan dalam rumah tangganya. Sampai akhirnya seluruh kekayaannya pun habis.
Suatu hari, Hasanudin bertemu dengan seorang wanita Muslim. Hasan pun berniat ingin menikahinya. Namun si wanita memberikan dirinya syarat, yakni Hasan harus masuk Islam. Padahal saat itu usianya sudah 43 tahun.
"Pertama, dari istri ketiga dia kan Islam. Jadi kalau mau nikah sama dia harus mualaf. Saya tanya orangtua, dulu mereka masih ada, 'Gimana kalau saya masuk Islam?' Mereka bilang yang penting kamu shalat," kenang Hasan.
Akhirnya Hasan pindah agama Islam dan meninggalkan masa lalunya. Hasan pun rela merantau ke Sukabumi dan memulai hidup baru dengan istrinya. Meski kehidupannya kini tak semewah dulu, namun Hasan jadi lebih bersyukur karena hatinya selalu tenang setelah masuk Islam.
"Setelah jadi mualaf lebih tenang. Masalahnya begini, kalau kita lagi pusing baca doa kan, kita tenang. Saya pernah sholat tahajud 40 hari. Baca ayat Kursi sama Al Fatihah, udah tuh," ujar Hasan.
Setelah menjadi Muslim, Hasan merasa Allah selalu menolong hidupnya di kala sulit. Pernah suatu hari anaknya harus membeli sepatu dan membayar uang sekolah, total semuanya adalah Rp300 ribu. Saat itu Hasan tidak memiliki uang, ia hanya pasrah dan melanjutkan ikhtiar dengan berjualan es demi mencari kebutuhannya.
Hasan berjualan es cincau sejak pagi sampai sore hari, tapi jualannya belum juga habis dan cincau yang dijualnnya pun mulai rusak tidak bisa dijual. Saat itu ada yang ingin membeli es cincaunya, tapi Hasan menolak dengan alasan dagangannya sudah tidak layak dikonsumsi.
Hasanudin dulunya adalah seorang General Manager di sebuah tempat hiburan dengan gaji per bulan sebesar Rp. 100 juta rupiah. Saat itu ia hidup bergelimang harta, mobil dan rumah mewah sudah ia miliki.
"Dulu punya rumah tingkat di Jakarta, punya mobil. Ah pokoknya komplit lah. Dulu hidupnya bagus, enak. Dulu saya kerja di tempat hiburan, jadi general manager. Bosnya dulu saya," ungkap pria berusia 65 tahun itu.
Namun saat itu, konflik rumah tangganya mulai bermunculan. Hingga akhirnya Hasan pun bercerai dengan istrinya. Setelah menikah lagi, tetap saja hidup Hasan selalu diwarnai perpecahan dalam rumah tangganya. Sampai akhirnya seluruh kekayaannya pun habis.
Suatu hari, Hasanudin bertemu dengan seorang wanita Muslim. Hasan pun berniat ingin menikahinya. Namun si wanita memberikan dirinya syarat, yakni Hasan harus masuk Islam. Padahal saat itu usianya sudah 43 tahun.
"Pertama, dari istri ketiga dia kan Islam. Jadi kalau mau nikah sama dia harus mualaf. Saya tanya orangtua, dulu mereka masih ada, 'Gimana kalau saya masuk Islam?' Mereka bilang yang penting kamu shalat," kenang Hasan.
Akhirnya Hasan pindah agama Islam dan meninggalkan masa lalunya. Hasan pun rela merantau ke Sukabumi dan memulai hidup baru dengan istrinya. Meski kehidupannya kini tak semewah dulu, namun Hasan jadi lebih bersyukur karena hatinya selalu tenang setelah masuk Islam.
"Setelah jadi mualaf lebih tenang. Masalahnya begini, kalau kita lagi pusing baca doa kan, kita tenang. Saya pernah sholat tahajud 40 hari. Baca ayat Kursi sama Al Fatihah, udah tuh," ujar Hasan.
Setelah menjadi Muslim, Hasan merasa Allah selalu menolong hidupnya di kala sulit. Pernah suatu hari anaknya harus membeli sepatu dan membayar uang sekolah, total semuanya adalah Rp300 ribu. Saat itu Hasan tidak memiliki uang, ia hanya pasrah dan melanjutkan ikhtiar dengan berjualan es demi mencari kebutuhannya.
Hasan berjualan es cincau sejak pagi sampai sore hari, tapi jualannya belum juga habis dan cincau yang dijualnnya pun mulai rusak tidak bisa dijual. Saat itu ada yang ingin membeli es cincaunya, tapi Hasan menolak dengan alasan dagangannya sudah tidak layak dikonsumsi.
0 Comments
