slidegossip.com - Banyak yang menganggap para wanita tuna susila atau PSK adalah perempuan murahan yang sudah tak ada harga dirinya. Hal tersebut diakui oleh seorang mantan PSK kelas atas yang punya nama samaran Stephanie.
Ilustrasi wanita cantik (zerochan.net)
Seperti dilansir dari liputan6.com (22/2/2017), Stephanie mengungkapkan bagaimana kehidupannya sehari-hari di akun berbagi Reddit. Wanita cantik berusia 25 tahun itu mengaku sudah terjun ke industri prostitusi sejak remaja dan bekerja di salah satu rumah pelacuran kelas atas di Sydney, Australia.
Menurutnya selama bekerja menjadi PSK, ia mendapatkan cukup banyak uang. Walau penghasilannya itu harus dipotong untuk segala hal. Untuk satu jam pertama, ia mendapat bayaran Rp 5,5 juta, Rp10 juta untuk jam kedua, dan Rp 3 juta untuk setiap jam setelahnya. Jumlah tersebut tentu tidak sama bagi tiap PSK ditempat itu.
Meski dirinya disebut wanita murahan, namun Stephanie mempunyai syarat untuk setiap pria yang ingin menggunakan jasanya. "Aku tak akan mau bermain dengan dua orang sekaligus, pelanggan yang punya fantasi aneh, peran incest, berlumuran lumpur, dan booking ke luar kota yang lama," ungkapnya.
Sebagian besar pelanggan yang ia layani berusia antara 40-60 tahun. Hal tersebut dikarenakan pada usia itulah biasanya seorang pria sudah punya penghasilan berlebih yang membuatnya mampu memesan jasa PSK kelas atas yang bayarannya tak main-main. "Saya paling senang dengan orang Asia, India, dan Kaukasia. Mereka sopan dan murah hati," ujarnya.
Sejak menjadi PSK, Stephanie mengaku sudah tidur dengan 1.100-1.200 pria. Ada kalanya, ia bertemu dengan klien yang tidak menarik. Namun ia mengabaikan hal tersebut selama mereka bersikap sopan dan bersih. Stephanie mengaku, teman-teman dan keluarganya sudah tahu soal pekerjaannya. Ia juga berusaha tidak menutupi pekerjaannya pada sang pacar.
"Dunia pelacuran ini tidak hitam-putih belaka. Beberapa dari kami bekerja di jalanan, ada pula yang tidur dengan CEO di hotel mahal. Tapi itu tidak mengidentifikasikan kami semua," ucapnya.
Gangguan syaraf yang ia derita membuat Stephanie memilih untuk meninggalkan industri kelam itu. Kini setelah pensiun jadi PSK, ia berencana untuk mengejar gelar Master dan hidup normal seperti wanita lainnya.
Menurutnya selama bekerja menjadi PSK, ia mendapatkan cukup banyak uang. Walau penghasilannya itu harus dipotong untuk segala hal. Untuk satu jam pertama, ia mendapat bayaran Rp 5,5 juta, Rp10 juta untuk jam kedua, dan Rp 3 juta untuk setiap jam setelahnya. Jumlah tersebut tentu tidak sama bagi tiap PSK ditempat itu.
Meski dirinya disebut wanita murahan, namun Stephanie mempunyai syarat untuk setiap pria yang ingin menggunakan jasanya. "Aku tak akan mau bermain dengan dua orang sekaligus, pelanggan yang punya fantasi aneh, peran incest, berlumuran lumpur, dan booking ke luar kota yang lama," ungkapnya.
Sebagian besar pelanggan yang ia layani berusia antara 40-60 tahun. Hal tersebut dikarenakan pada usia itulah biasanya seorang pria sudah punya penghasilan berlebih yang membuatnya mampu memesan jasa PSK kelas atas yang bayarannya tak main-main. "Saya paling senang dengan orang Asia, India, dan Kaukasia. Mereka sopan dan murah hati," ujarnya.
Sejak menjadi PSK, Stephanie mengaku sudah tidur dengan 1.100-1.200 pria. Ada kalanya, ia bertemu dengan klien yang tidak menarik. Namun ia mengabaikan hal tersebut selama mereka bersikap sopan dan bersih. Stephanie mengaku, teman-teman dan keluarganya sudah tahu soal pekerjaannya. Ia juga berusaha tidak menutupi pekerjaannya pada sang pacar.
"Dunia pelacuran ini tidak hitam-putih belaka. Beberapa dari kami bekerja di jalanan, ada pula yang tidur dengan CEO di hotel mahal. Tapi itu tidak mengidentifikasikan kami semua," ucapnya.
Gangguan syaraf yang ia derita membuat Stephanie memilih untuk meninggalkan industri kelam itu. Kini setelah pensiun jadi PSK, ia berencana untuk mengejar gelar Master dan hidup normal seperti wanita lainnya.
0 Comments
