slidegossip.com - Sejumlah massa dari Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar India, pada Jumat (6/3/2020) terkait adanya aksi kekerasan terhadap umat Muslim di India.
Raam Punjabi dan istri (tribunnews.com)
Seperti dilansir dari vivanews.com (6/3/2020), awalnya Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif awalnya menyinggung tentang hasil pertemuan dirinya dengan perwakilan Kedubes India. Sayangnya, perwakilan Kedubes India menyampaikan bahwa Dubes India untuk Indonesia, Pradeep Kumar Rawat sedang tidak ada di kantornya.
"Hasil perbincangan kami tadi, Pertama Dubes india tidak ada di tempat. Kemudian kantornya digembok," ungkap Slamet Maarif di lokasi aksi unjuk rasa.
Setelah itu, kata Slamet, akhirnya pihaknya menyerahkan surat tuntutan aksi kepada salah seorang staf Kedubes India yang disaksikan langsung oleh Kapolres Metro Jakarta Selatan, Komisaris Besar Polisi Budi Sartono.
"Tadi kita titipkan apa-apa yang ingin kita sampaikan ke kedubes dan stafnya berjanji akan menyampaikan ke Dubes," lanjutnya.
Slamet pun menegaskan bahwa pihaknya memberi waktu satu pekan untuk Dubes India agar dapat menyediakan waktu untuk menemui dan berdialog dengan perwakilan massa aksi. Jika dalam waktu satu minggu ke depan tak ada niat baik dari Dubes India untuk membuka dialog maka menurut Slamet, pihaknya mengancam tidak akan membiarkan bendera India berkibar di Indonesia.
Selain itu, Slamet juga memerintahkan para peserta aksi untuk melakukan sweeping orang-orang India yang ada di Indonesia. "Jangan salahkan kita men-sweeping warga India. Kita tunggu sampai Jumat, tak ada sweeping, kita hargai kesepakatan. Tapi kalau Jumat depan batas waktu habis, kita turun bareng dan kita akan berikan peringatan keras terhadap India," tegasnya.
Bahkan FPI juga memberikan ancaman kepara para pengusaha keturunan India yang ada di Indonesia untuk ikut mengecam aksi kekerasan umat Muslim di India. Salah satu pengusaha India yang namanya disinggung adalah produser sekaligus pemilik rumah produksi Multivision Plus, Raam Punjabi.
"Hai pengusaha India yang mencari makan di Indonesia. Raam Punjabi Cs kalau dia tidak komentar maka kita datangi Multivison Plus. Artis maupun produsen film dari India kalau tidak ikut mengecam kita nyatakan perang terhadap mereka," tegasnya lagi.
"Hasil perbincangan kami tadi, Pertama Dubes india tidak ada di tempat. Kemudian kantornya digembok," ungkap Slamet Maarif di lokasi aksi unjuk rasa.
Setelah itu, kata Slamet, akhirnya pihaknya menyerahkan surat tuntutan aksi kepada salah seorang staf Kedubes India yang disaksikan langsung oleh Kapolres Metro Jakarta Selatan, Komisaris Besar Polisi Budi Sartono.
"Tadi kita titipkan apa-apa yang ingin kita sampaikan ke kedubes dan stafnya berjanji akan menyampaikan ke Dubes," lanjutnya.
Slamet pun menegaskan bahwa pihaknya memberi waktu satu pekan untuk Dubes India agar dapat menyediakan waktu untuk menemui dan berdialog dengan perwakilan massa aksi. Jika dalam waktu satu minggu ke depan tak ada niat baik dari Dubes India untuk membuka dialog maka menurut Slamet, pihaknya mengancam tidak akan membiarkan bendera India berkibar di Indonesia.
Selain itu, Slamet juga memerintahkan para peserta aksi untuk melakukan sweeping orang-orang India yang ada di Indonesia. "Jangan salahkan kita men-sweeping warga India. Kita tunggu sampai Jumat, tak ada sweeping, kita hargai kesepakatan. Tapi kalau Jumat depan batas waktu habis, kita turun bareng dan kita akan berikan peringatan keras terhadap India," tegasnya.
Bahkan FPI juga memberikan ancaman kepara para pengusaha keturunan India yang ada di Indonesia untuk ikut mengecam aksi kekerasan umat Muslim di India. Salah satu pengusaha India yang namanya disinggung adalah produser sekaligus pemilik rumah produksi Multivision Plus, Raam Punjabi.
"Hai pengusaha India yang mencari makan di Indonesia. Raam Punjabi Cs kalau dia tidak komentar maka kita datangi Multivison Plus. Artis maupun produsen film dari India kalau tidak ikut mengecam kita nyatakan perang terhadap mereka," tegasnya lagi.