slidegossip.com - Istri dari mantan Presiden Republik Indonesia ke-6, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono dikabarkan telah meninggal dunia pada hari Sabtu (1/6/2019) di rumah sakit National University Hospital (NUH), Singapura sekitar pukul 11.50 waktu setempat.
SBY dan Ani Yudhoyono (merdeka.com)
Seperti dilansir dari detik.com (1/6/2019), pihak keluarga telah mengikhlaskan kepergian Ani Yudhoyono untuk selamanya dan memohon doa yang terbaik untuk almarhumah dari seluruh masyarakat Indonesia.
Namun apa yang sebenarnya menjadi penyebab Ani Yudhoyono meninggal dunia? Menanggapi pertanyaan tersebut, setelah diselidiki lebih lanjut, dokter yang ditunjuk pihak Kepresidenan untuk melakukan pendampingan kepada Ani Yudhoyono selama menjalani pengobatan di Singapura, yakni dr. Terawan Agus Putranto memberikan penjelasannya.
Menurut dr. Terawan Agus Putranto, sebelum menghembuskan napas terakhir, Ani Yudhoyono sempat mengalami gagal napas dan memakai alat bantu pernapasan untuk membantu pernapasannya. "Kondisinya (terakhir) dalam kondisi tidak sadar, karena beliau mengalami gagal napas, sehingga beliau memakai respirator, sehingga mau nggak mau harus ditidurkan beliau," ungkap dr. Terawan di National University Hospital (NUH), Singapura.
Dr. Terawan juga menjelaskan bahwa timnya bersama tim dari rumah sakit NUH dan negara lain sudah bekerja semaksimal mungkin untuk kesembuhan Ani Yudhoyono, namun sayangnya kondisi Ani Yudhoyono memang tidak ada peningkatan hingga akhirnya meninggal dunia.
"Tim di NUH sudah berjuang keras bersama tim kami, dan juga dengan teman-teman ahli dari negara lain termasuk juga dari Amerika membantu. Sehingga apa yang dilakukan untuk Bu Ani sudah sangat maksimal, dan kami semua harapannya ingin baik, namun Tuhan punya rencana lain," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Terawan juga membantah kabar yang menyebut kalau turunnya kondisi Ani Yudhoyono disebabkan oleh serangkaian kemoterapi yang dijalaninya. Sang dokter menyebut bahwa kepergian Ibu Ani murni karena perjananan penyakit yang semakin memburuk. "Bukan (karena kemoterapi), karena perjalanan penyakit yang buat gitu," jelasnya.