slidegossip.com - KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym terang-terangan memberikan pujiannya untuk salah satu calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pemilu 2019. Seperti dilansir dari rakyatku.com (11/3/2019), Pimpinan Ponpes Darut Tauhid itu sempat menyinggung soal Pilpres dalam kajian MQ pagi, Jumat (1/3/2019) yang bertema 'Agar Terbiasa Istiqamah dalam Kebaikan'.
Aa Gym (news.detik.com)
"Aa senang ada salah seorang ini ya, yang kebetulan santri kita lagi yang jadi Cawapres. Saya tidak boleh nyebut nama. Dulu pernah ikut (nyantri di Darut Tauhid), dan mengatakan tenang atuh, yang menentukan itu Allah," ungkap Aa Gym tanpa mau menyebut nama atau nomor urut Cawapres tersebut.
"Saya suka sekali dengar kampanye seperti ini. Tidak agresif menyerang tetapi mengajak orang lebih dekat ke Allah. Memang seharusnya begitu. Kampanye itu bukan mengajak orang memilih dirinya, tetapi mengajak orang mendekat kepada Allah karena Allah yang menentukan segalanya. Baru ini kampanye berkualitas," lanjut Aa Gym.
Menurut Aa Gym, calon pemimpin yang baik adalah yang tidak memaksa orang untuk memilihnya. "Kalau maksa orang milih dirinya aaaa.... (geleng-geleng kepala). Memangnya akan sanggup mengurus negeri ini? Belum tentu sanggup. (Kalau) nggak ditolong Allah, nggak ada yang bisa mengurus negara sebesar ini dan nggak bisa satu pihak, harus dengan bantuan berbagai pihak," ujar Aa Gym.
Selain itu, Aa Gym juga sempat menyinggung soal maraknya kepala daerah yang mendeklarasikan dukungan kepada salah satu pasangan Capres-Cawapres. Menurut Aa Gym sikap seperti itu justru akan mengurangi simpati dari sebagian masyarakat.
"Sebetulnya Aa mengharapkan kepada para kepala daerah itu, kalau sudah jadi kepala daerah mah, udahlah lebih baik berkhidmat untuk semua masyarakatnya, jangan untuk pilihannya, benar? Ini sih keinginan saya. Aa bilang, rasanya kurang indah ketika seseorang sudah terpilih jadi kepala daerah, kemudian sibuk menggembar gemborkan pilihannya yang tidak menjadi pilihan semua masyarakatnya," jelas Aa Gym.
Aa Gym juga menyampaikan bahwa pilihan Capres dan Cawapres adalah urusan pribadi masing-masing orang. "Jadi hilang simpatinya. Harusnya kalau sudah jadi kepala daerah, udah pilihan pribadi, pribadi, tetapi sekarang kan menjadi milik masyarakat satu daerah itu. Ini sih harapan saya," pungkasnya.