slidegossip.com - Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan beredarnya vaksin palsu yang berbahaya dan mengancam kehidupan generasi penerus bangsa. Salah satu pembuat vaksin palsu ini ternyata adalah dua orang pasangan suami istri yang tidak bertanggung jawab demi meraup pundi-pundi rupiah untuk kepentingan pribadinya, hingga bisa punya rumah super mewah di kawasan elite Bekasi.
Dilansir Kompas.com, (28/6/2016), vaksin
palsu tersebut diperuntukkan bagi bayi yang baru lahir. Penyidik
Bareskrim Mabes Polri telah menetapkan ada 13 orang tersangka dalam
kasus tersebut. Dua di antaranya merupakan pasangan suami istri, yakni
Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina.
Kehidupan
pasangan suami istri yang masih berusia muda ini juga cukup mewah
dengan menempati rumah berlantai 2 di Jalan Kumala 2 Blok M, Nomor 29,
Bekasi. Di dalam rumah tersebut juga terdapat kolam renang bergaya
minimalis di bagian belakangnya. Dan terparkir satu unit mobil
Mitsubishi Pajero di garasi rumah.
Pasangan
ini juga sering kali mengunggah aktivitas mereka yang dilakukan
bersama-sama di media sosial. Sebelum ditangkap, pasangan ini
disebut-sebut akan pindah dan menjual rumah mewahnya. Rumah tersebut
sudah mereka tawarkan dengan harga enam miliar rupiah, namun baru
ditawar calon pembeli lima miliar rupiah.
Sebelum
tinggal di Jalan Kumala 2, Hidayat bersama istrinya yang merupakan
mantan perawat tersebut tinggal di sebuah rumah di kawasan Kemang
Pratama 3 secara mengontrak. Entah berapa dana yang dihabiskan Hidayat
bersama istrinya untuk membangun rumah mewahnya saat ini. Akan tetapi,
rata-rata pembangunan rumah mewah di daerah itu bisa menghabiskan dana
miliaran rupiah.
Direktur
Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Agung Setya
mengatakan vaksin palsu yang diedarkan di Bogor, Jakarta, Banten dan
Jawa Barat itu terdiri dari vaksin hepatitis, campak dan tuberkolosis
atau TBC. Aksi tersebut sudah dilakukan oleh para pelaku sejak tahun
2003.
Pembuatan
vaksin ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan infus dicampur
dengan vaksin tetanus. Hasilnya kemudian nantinya adalah vaksin palsu
untuk hepatitis, BCG dan campak. Parahnya lagi, pihak kedokteran tidak
bisa membedakan yang asli dan palsu tersebut.