(slidegossip.com) Pembantaian yang dilakukan oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), membuat masyarakat Yazidi di Irak terpaksa mengungsi. Mereka hidup dalam situasi memprihatinkan karena takut dibantai. Korban yang paling merasakan penderitaan adalah anak-anak. Stasiun televisi Sky News edisi pekan lalu menggambarkan, untuk bertahan hidup, anak-anak ini terpaksa meminum darah orang tuanya agar tidak mati kehausan. Para orang tua terpaksa memilih jalan ini, karena mereka sudah kehabisan akal.
Menurut laporan reporter Sherine Tadros di kamp Zakho, kondisi di tempat pengungsian serba minim. Tidak ada listrik yang mengalir dan hanya terdapat tiga hingga empat toilet untuk digunakan bersama-sama. "Mereka menceritakan kepada kami kisah-kisah menyeramkan. Seorang pria baru saja mengatakan, bahwa dia melihat empat anak mati akibat kehausan. Tidak ada tempat untuk mengubur mereka di gunung," ujar Tadros.
Alhasil, mereka hanya menempatkan batu di atas jasad anak-anaknya.
"Sementara pria lain mengatakan anak-anak mulai merasa haus, sehingga para orang tua mulai melukai tangan mereka sendiri dan memberikan darah mereka untuk diminum," kata Tadros.
Bahkan, lanjut Tadros, untuk bisa mencapai ke lokasi pengungsian, perjalanan yang dilalui oleh warga minoritas ini tidak mudah. Mereka berjalan kaki selama 12 jam. Tiba di kamp darurat, kondisi yang dilihat para pengungsi juga tidak lebih baik. Sebagian dari mereka datang dalam keadaan terkena luka tembak. Mereka masih bisa bertahan, karena adanya makanan dan air yang dibawa oleh warga setempat.
"Masih ada krisis kemanusiaan yang besar. Apa yang saya saksikan benar-benar membuat meyakitkan," ungkap warga Kurdi, Taban Shoresh.
Shoresh menyebut, para pengungsi tidak memiliki apa pun. Mereka tidak memiliki pakaian, makanan, dan air. "Mereka kehausan. Bahkan, sepatu yang mereka gunakan rusak, karena cuaca di sini begitu panas dan terpapar matahari," imbuh Shoresh.
Cara lain yang digunakan untuk selamat dari kejaran kelompok militan ISIS yaitu, warga Yazidi membayar agar bisa diselundupkan menuju ke Turki. Kadang, mereka terpaksa harus melewati lahan pertambangan.
(ren/viva.co.id)