Nasib bisa berubah hanya karena sebuah peristiwa. Hal tersebut juga dialami oleh Jason Padgett. Pria asal Tahoma, Washington, Amerika Serikat itu menjadi satu dari 40 orang beruntung yang bisa berubah jenius hanya dalam waktu satu malam. Sebuah peristiwa nahas yang terjadi padanya tahun 2002 di sebuah bar, memutar balik nasibnya. Jika dulu Jason dikenal sebagai preman kampung, kini dia adalah salah satu manusia paling jenius di dunia.
Hal tersebut bisa terjadi karena Jason menderita trauma otak parah akibat terbentur dalam sebuah perkelahian di bar yang biasa dia kunjungi. Dalam satu malam, dari pria yang terobsesi pada bentuk tubuh macho dan jantan, Jason tiba-tiba punya ketertarikan khusus pada matematika dan fisika.
"Usai terbentur, saya melihat dunia dengan perspektif yang baru," ujar Jason, yang mengabadikan pengalaman istimewanya lewat buku bertajuk 'Struck by Genius: How a Brain Injury Made Me a Mathematical Marvel'.
Dokter yang menangani kasus Jason menyebut pria tersebut merupakan satu dari 40 kasus istimewa sindrom Savant atau yang lebih dikenal dengan nama 'Inner Einstein' yang berarti sindrom di mana sebuah trauma otak menjadikan seseorang tiba-tiba punya ketertarikan terhadap matematika dan seni.
Dalam bukunya, Jason mengungkapkan, semua terjadi secara tiba-tiba. "Yang saya ingat, saya diserang dari belakang oleh dua orang pria kemudian saya terbentur dan tidak sadarkan diri," tulisnya.
Ketika tersadar, Jason mengetahui berada di rumah sakit dan telah menerima perawatan. Dia pun diperbolehkan pulang. Tapi, keesokan paginya, Jason menyadari bahwa dunia berubah di matanya. "Tiba-tiba, saya melihat dunia dengan cara yang berbeda. Saya mulai memperhatikan detail yang sebelumnya tidak saya sadari ada," ungkap Jason di bukunya.
Hebatnya lagi, secara otomatis otak Jason langsung menerjemahkan cara pandang barunya secara matematis. "Saya melihat pola-pola geometris dan garis-garis yang tersambung secara matematis. Saya juga bisa memahami pola dan formula dengan mudah, bahkan tanpa berusaha," lanjutnya.
Terkejut dengan kemampuan barunya, Jason memutuskan berhenti kerja dan fokus mempelajari fisika dan matematika, dua hal yang begitu dia benci saat di sekolah. Dia memfokuskan diri mempelajari fraktal atau pola geometris berulang.
Jason, yang terkenal tidak suka menggambar, tiba-tiba memenuhi rumahnya dengan gambar-gambar fraktal yang begitu detail. Terkadang, 'lukisan' fraktal Jason terlihat begitu rumit dan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuatnya.
Selain mendadak jenius, di sisi lain, benturan di kepala itu juga mengubah kepribadian Jason. Pria yang sebelumnya terkenal mudah bergaul, berubah menjadi introvert dan lebih suka menghabiskan waktunya sendirian di rumah.
Dia tidak mau bertemu orang serta kerap menutup jendelanya dengan selimut. Dia juga tiba-tiba terobsesi pada kebersihan. Dia begitu takut pada kuman sehingga terus-menerus mencuci tangan. Dia juga menolak untuk memeluk keluarganya jika mereka belum mencuci tangan.
Awalnya, Jason mengira dirinya telah berubah menjadi gila. Namun, sebuah tayangan dokumenter dari stasiun televisi BBC mengubah hidupnya. Dalam tayangan tersebut, Jason melihat hidupnya tercermin dari kisah Daniel Tammet, penderita Savant lainnya.
"Begitu menontonnya, saya langsung tahu itulah yang terjadi pada saya," kenang Jason, dilansir Daily Mail.
Dari tayangan tersebut Jason kemudian menemui Dr Darold Treffert, pakar Savantisme, yang langsung mendiagnosa Jason sebagai salah satu pengidap Sindrom Savant. Dr Treffert mengatakan, hingga saat ini hanya terdapat 40 orang yang didiagnosa mengidap sindrom unik tersebut.
Tidak hanya menemui satu dokter, kasus Jason juga menarik perhatian peneliti asal Finlandia, Dr Berit Brogaard. Dr Brogaard memeriksa otak Jason menggunakan MRI dan melihat sisi kiri otaknya memang terstimulasi maksimal dan menjadi aktif, terutama di area yang dikenal sebagai area matematika.
Dr Bograard mengungkapkan, trauma otak yang diderita Jason mengaktifkan aliran neurotransmitter ke area matematika di otaknya yang membuatnya tiba-tiba terobsesi pada angka. Mengetahui kemampuan barunya, Jason tidak ingin membuangnya percuma. Dia pun kembali ke sekolah dan mendaftar di universitas setempat. Dia pun kini jadi inspirasi bagi banyak orang di sekelilingnya.
"Saya adalah bukti bahwa semua orang punya kecenderungan jenius yang masih tertidur. Jika hal ini terjadi pada saya, keajaiban ini juga bisa terjadi pada orang lain," tulisnya.
(life.viva.co.id)
(life.viva.co.id)