Beberapa artis terkenal saat ini ternyata dulunya pernah bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan pembantu rumah tangga (PRT). Sebut saja artis cantik Cinta Penelope yang pernah menjadi pembantu rumah tangga bahkan gajinya pernah tidak dibayar selama beberapa bulan. Ada juga Duo Sabun Colek dan Zul 'Zivilia' yang pernah menjadi TKI di luar negeri. Nasib baik menghampiri mereka hingga mereka bisa menjadi artis terkenal dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Bagaimana kisah-kisah para artis terkenal yang dulunya pernah menjadi TKI dan pembantu rumah tangga? Ini dia :
1. Duo Sabun Colek
Nama
grup vokal dangdut, Duo Sabun Colek belakangan melejit di jagat hiburan
Tanah Air. Duo Sabun Colek yang beranggotakan Dina dan Kiki semakin
sering tampil di stasiun televisi. Meski terhitung baru, Dua Sabun Colek
juga berhasil meraih penghargaan dalam ajang Dahsyatnya Awards mengalahkan senior mereka, Inul Daratista dan Zaskia Gotik. Lewat single 'Gatal, Gatal, Gatal' mereka mulai mencuri perhatian publik.
Paras
menawan dan suara merdu bukan satu-satunya modal Dina serta Kiki meraih
kepopuleran. Perjalanan hidup mereka yang terbilang unik justru jadi
daya tarik. Pada tahun 2009, Dina dan Kiki pernah bekerja sebagai
pembantu rumah tangga di Jakarta. Selang dua tahun kemudian, keduanya
berangkat ke Hong Kong untuk menjadi TKI.
"Dahulu kami satu majikan," ujar Kiki.
Garis
tangan keduanya berubah saat band Wali menggelar konser di Hong Kong
pada tahun 2011. Kebetulan, Dina menjadi salah satu penontonnya. Pesona
Dina membuat seorang produser bernama Sujana tertarik untuk merekrutnya
sebagai aktris.
Namun, Dina tak
langsung tergoda. Ia sadar tak memiliki bakat dan kemampuan. Di sisi
lain, Sujana dan sang istri, Feby terus meyakinkan Dina bahwa ia bisa
sukses menjadi artis. Dina akhirnya menyerah. Pada Desember 2012, ia
berkunjung ke kantor Sujana.
"Dari situlah Dina yakin karena ada foto-foto band Wali, Kangen Band dan baru itu aku diyakinkan jadi aktris," ujarnya.
Dina
kemudian menjalani tes menyanyi. Rupanya suara Dina membuat Sujana
berubah pikiran. Ia menilai, Dina lebih cocok menjadi penyanyi dangdut
ketimbang aktris. Dengan kemampuan menyanyi terbatas, Dina mengaku tidak
percaya diri. Ia akhirnya mengajak Kiki untuk menjadi partner duet.
Sebelum muncul ke publik, Kiki dan Dina dibekali latihan olah vokal,
koreografi, dan fesyen.
"Semua sudah dibungkus sama manajemen," ucap Dina.
Album
Duo Sabun Colek dirilis pada bulan Maret tahun lalu. Penghasilan Dina
dan Kiki berubah drastis. Jika saat masih menjadi pembantu mereka hanya
meraup Rp1-2 juta per bulan kini Dina dan Kiki bisa mengantongi bayaran
Rp30 juta untuk sekali tampil.
Rezeki
yang mereka peroleh tak lantas dihambur-hamburkan. Kiki misalnya. Ia
menggunakan penghasilannya untuk menebus surat rumah keluarganya yang
sempat disita.
"Kalau aku dari hasil kerja bernyanyi aku bisa bantu berobat orangtua dan menyekolahkan adik," kata Dina.
2. Zulkifli alias Zul Zivilia
Saat dirilis tahun 2009, lagu 'Aishiteru' langsung meledak di pasaran. Lagu milik band Zivilia ini begitu populer di kalangan tua dan muda, bahkan anak-anak. Di balik liriknya yang romantis, ternyata lagu tersebut menyimpan kisah sedih seorang TKI yang mengadu nasib di Jepang. TKI tesebut tak lain adalah vokalis band Zivilia, Zulkifli atau akrab disapa Zul. Lagu berisi ungkapan kegundahannya hidup jauh dari istri tercinta.
Pria asal Kendari ini pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Sakura pada tahun 2003. Saat itu ia mendapatkan program pelatihan TKI. Selama enam tahun, Zul bekerja sebagai buruh pabrik baja. Setelah lulus SMA, Zul memang sempat mencicipi bangku kuliah di Sulawesi. Ketika itu, ia mengambil jurusan musik. Namun, keinginan Zul menjadi sarjana seni musik pupus lantaran faktor biaya.
Motivasi menjadi TKI tumbuh saat pria kelahiran 19 Agustus 1981 itu melihat kesuksesan salah seorang teman satu kampungnya. Teman Zul yang tidak disebutkan namanya tersebut mampu membangun rumah dan memberangkatkan orangtuanya naik haji. Zul pun tergiur. Ia lantas bergabung ke Balai Latihan Kerja (BLK). Dari sanalah, Zul akhirnya mendapat kesempatan bekerja sebagai TKI di Jepang.
Tiga tahun bekerja, Zul merasa belum pantas pulang. Gaji tinggi belum juga diraih. Ia malu kembali ke Tanah Air. Keputusan nekat dibuat. Zul jadi TKI ilegal selama tiga tahun. Beruntung, ia punya kelebihan. Dengan suara mumpuni dan piawai menciptakan lagu, Zul laris jadi pengisi acara di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jepang.
Kesempatan emas muncul saat Zul didapuk sebagai penyanyi pembuka dalam konser band Naff di KBRI. Lagu 'Aishiteru' yang dibawakan Zul membuat mantan vokalis Naff, Ady kepincut. Ady meyakinkan Zul bahwa lagu 'Aishiteru' bisa jadi hits di Indonesia. Ia pun meminta Zul datang ke studio musiknya di Bandung. Sempat ragu, namun Zul akhirnya mantap pulang ke Indonesia pada tahun 2007.
Ia langsung menuju Bandung untuk bertemu dengan Ady. Bersama dengan Idham, Zul membentuk band bernama Zipfhilia. Keduanya membuat demo pertama kali di Bandung. Setelah itu mereka memperbaharui demo rekaman di Yogyakarta dan merekam satu album di bawah naungan label lokal di Kendari.
Sesuai dugaan Ady, lagu 'Aishiteru' akhirnya sukses besar. Zipfhilia kemudian diajak bergabung bersama label Nagaswara. Nama Zipfhilia pun berganti menjadi Zivilia.
Pemilik nama asli Princess Cinta Penelope ini memang tidak pernah mencicipi rasanya menjadi TKI. Namun, wanita kelahiran 15 April 1984 ini pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama hampir dua tahun.
Wanita yang terkenal sejak merilis single 'Keong Racun' itu tak malu mengakui masa lalunya sebagai pembantu rumah tangga. Cinta bahkan juga sempat mendapat pengalaman tak enak selama bekerja menjadi pembantu. Perempuan bertato itu pernah tak digaji selama beberapa bulan.
Beruntung, nasib Cinta berubah berkat ketekunannya. Kini, wanita yang pernah tergabung menjadi personel Duo Putri Penelope itu bisa menghasilkan banyak uang berkat kemampuannya bernyanyi.
Tak hanya tenar di dunia tarik suara, Cinta Penelope juga kerap menerima tawaran akting. Terakhir, ia menunjukkan kebolehannya berakting dengan membintangi sebuah film.
(eh/VIVAlife)