Di dunia ini memang tidak ada yang tidak mungkin. Semua impian dan cita-cita pasti bisa diraih asal kita tekun dan bersungguh-sungguh. Itulah kata-kata yang selalu diyakini Bapak Tri Sumono, berprofesi sebagai tukang sapu jalanan tidak mengurangi cita-cita dan impian Pak Tri untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Walaupun demi menggapai impiannya, harus melawan panas terik sinar matahari setiap hari, untuk mencari uang demi keluarga.
Tidak terbayangkan saat orang seperti Pak Tri yang hanya seorang tukang sapu, sekarang menjadi pengusaha sukses, mempunyai pendapatan per bulan hingga ratusan juta rupiah. Kita pasti salut dan kagum dengan perjuangannya demi menggapai mimpi. CV 3 Jaya yang dirintisnya, serta usaha peternakan burung, jahe dan pertanian padi, dan masih banyak lagi yang lain berkembang pesat. Omzet yang diterima Pak Tri saat ini mencapai Rp 500 juta per bulan!.
Semua itu berawal pada tahun 1993, Pak Tri merantau ke Ibukota, berbekal ijasah SMA dan tidak mempunyai keahlian Pak Tri memberanikan diri untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Pria asli Gunung Kidul ini, mengaku untuk mempertahankan hidup di Ibukota tak pernah pilih-pilih soal pekerjaan, apapun dijalaninya. Mulai dari kuli bangunan, hingga tukang sapu di sebuah kantor. Semua pekerjaan dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Melihat kesungguhan dalam bekerja, akhirnya kantor mengangkat Pak Tri menjadi office boy. Beberapa lama bekerja menjadi office boy, pak Tri kemudian diangkat menjadi tenaga pasar, hingga penanggung jawab masalah gudang.
Di tahun 1995, pak Tri berkeluarga dan mempunyai 2 anak. Kebutuhan semakin besar, mau tidak mau pak Tri harus mencari penghasilan tambahan. Dari situ pak Tri mencoba berpikir mencari tambahan penghasilan. Mulailah usaha berjualan aksesori di Stadion GBK dilakoninya. Ikat rambut, kalung, produk aksesori dijual demi menghidupi kebutuhan keluarga. Pelan-pelan, dari situ mental dan jiwa pak Tri untuk membuka usaha semakin kuat.
Selama 2 tahun pak Tri menjalankan usahanya sekaligus bekerja di kantor, kemudian pak Tri berpikir, lebih enak membuka usaha sendiri daripada ikut orang karena melihat pendapatannya yang selalu pas-pasan. Di tahun 1997, pak Tri akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaan dan lebih memilih mengembangkan usaha jualannya.
Dari bekal usaha jualan aksesoris , pak Tri akhirnya membeli kios sederhana di daerah Mal Graha Cijantung. Tak disangka, bisnis aksesoris nya berkembang pesat. Lalu di tahun 1999 kios dan usahanya ditawar oleh seseorang dengan harga yang cukup tinggi. Sempat berpikir, akhirnya pak Tri melepas kios tersebut beserta usahanya. Kemudian pak Tri membeli rumah di Bekasi Utara, hasil dari penjualan kiosnya.
Setelah selesai berjualan aksesoris , pak Tri merintis usaha kontrakan dan toko sembako. Pengalaman berjualan aksesoris membuat naluri bisnis pak Tri terasah, dia melihat peluang toko sembako lumayan menjanjikan. Tetapi pada saat itu kondisi sekitar toko sembakonya masih sepi. Ide cemerlang muncul dalam benak pak Tri, agar kawasan disekitar tempat tinggalnya ramai, pak Tri lalu membuat 10 rumah kontrakan. Harga yang ditawarkan sangat murah. Memang kontrakan itu ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah seperti penjual siomai, bakso dll. Pada akhirnya para pedagang yang ada di kontrakan pak Tri menjadi pelanggan tokok sembakonya.
Sesudah mempunyai bisnis toko sembako dan kontrakan, tidak membuat pak Tri berhenti melebarkan sayap bisnisnya. Di tahun 2006, Ia mencoba merintis usaha minuman sari kelapa. Dimulai dari pasar lalu dijual ke perusahaan minuman, namun hal itu tidak bertahan lama. Karena banyak perusahaan yang komplain terhadap kualitas produk sari kelapa pak Tri, akhirnya sementara produksi minuman sari kelapa dihentikan.
Pak Tri tidak patah semangat. Ia memutuskan mencari tahu bagaimana cara membuat minuman sari kelapa agar kualitasnya bagus. Dengan mendatangi kampus IPB, pak Tri bertanya kepada dosen yang saat itu enggan memberi tahu lantaran pak Tri tidak bisa memahami dengan cepat. Tetapi karena kesungguhan yang ditunjukkan pak Tri, si dosen akhirnya mau memberi privat selama 2 bulan.
Berawal dari situlah skill serta kemampuan pak Tri meningkat, hingga bulan ke-3 pak Tri kembali merintis usaha minuman sari kelapanya. Hasilnya, 10.000 nampan atau seharga Rp 70 juta berhasil diproduksi oleh pak Tri dan banyak perusahaan yang menggunakan produk sari kelapa pak Tri. Sampai saat ini, bisnis pak Tri masih berjalan dan terus berkembang.
(bn/warta wirausaha/tipssuksesberwirausaha.blogspot.com)