Banyak yang bertanya, kenapa acara Hitam Putih yang dipandu oleh host Deddy Corbuzier dihentikan penayangannya oleh pihak stasiun tv Trans7?. Beragam dugaan pun bermunculan. Ada yang menyebut acara ini kalah saing dengan acara lainnya di stasiun tv lain pada jam yang sama. Ada juga yang bilang karena munculnya Farhat Abbas membuat orang malas untuk menonton acara Hitam Putih hingga akhirnya distop penayangannya. Terlepas dari itu semua, memang sebenarnya rating acara-lah yang berbicara untuk suatu program tv. Jika acara tersebut ratingnya kurang bagus, maka jangan salahkan stasiun tv jika terpaksa harus dihentikan. Sepertinya itulah yang menjadi penyebab acara Hitam Putih dihentikan.
Padahal acara Hitam Putih ini dibawakan oleh seorang Deddy Corbuzier yang merupakan seorang pesulap dan mentalist. Awalnya banyak yang bertanya, mau dibawa ke mana acara tersebut ketika seorang magician yang ditunjuk menjadi pembawa acaranya? Apa mau bermain sulap-sulapan bersama bintang tamunya?
Untunglah kenyataannya tak seperti itu. Selain sebagai pesulap atau mentalist, Deddy Corbuzier juga punya latar belakang pendidikan tinggi, yakni S2 psikologi. Menurut sang produser acara, sebagai mentalis, Deddy adalah seorang yang peka dan sensitif, serta pintar melihat segala sesuatu sampai kepada membaca mimik si narasumber. Selain itu, kalau dia mau, Deddy pun bisa mind reading (membaca pikiran) narasumber.
Menurut sang produser lagi, justru kemampuan Deddy Corbuzier 'melebihi' presenter pada umumnya. Dengan kepekaannya, dia cepat 'menembak' pertanyaan yang di luar perkiraan orang. Dan itulah kunci sukses sebuah program talk show. Dengan dilemparkannya pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa kepada bintang tamu, maka rahasia terdalam yang tergali dan diinformasikan kepada pemirsa pun akan tidak biasa.
Disitulah kekuatan acara Hitam Putih. Gaya Deddy bertanya membuat nara-sumber kalabakan dan seringkali termakan omongannya sendiri. Memang gaya bertanya seolah mengejar seperti ini bisa dikategorikan tak etis. Tapi bagaimana lagi, yang dicari pemirsa memang bukan jawaban-jawaban biasa yang normatif. Dan Deddy dengan piawai memainkan peran itu selama tiga tahun terakhir lewat Hitam Putih yang dipandunya.
Pertanyaannya kemudian, kenapa acara yang punya ciri khas dan kekuatan yang tak dimiliki talk show lain malah dihentikan oleh stasiun TV yang menayangkannya? Bisa jadi pangkal persoalannya adalah kesuksesan acara kakak kandung Trans 7 sendiri, yakni Yuk Keep Smile (YKS) di Trans TV. Selama berbulan-bulan ini, YKS adalah acara idola yang merajai rating dan share. YKS sekali tayang, share-nya bisa mencapai 30-an persen yang berarti 30 persen penonton TV menonton acara itu di jam tersebut. Angka 30 persen itu menyeramkan. Sinetron populer pun jarang sekali mencapai angka itu.
Rupanya kedigdayaan YKS tak hanya membuat stasiun TV lain pusing memikirkan cara jitu untuk mengalahkannya. Tapi juga stasiun TV yang satu grup alias sang adik, Trans 7 ikut dibikin pusing.
Acara-acara Trans 7 yang tayang di jam-jam prime time pun ikut terlibas oleh YKS. Salah satunya adalah Opera Van Java (OVJ), acara lawak yang boleh dibilang jadi ikon Trans 7 selama beberapa tahun terakhir. Demi menyelamatkan OVJ, Trans 7 menggeser jam tayangnya jadi lebih sore. Hitam Putih yang punya jam tayang ideal akhirnya jadi harus berhadap-hadapan dengan raja rating dan share tv saat ini.
Apa mau dikata, acara Hitam Putih yang tayang pukul 20.45 WIB tak mampu mengalahkan YKS di jam yang sama. Ratingnya turun. Hasilnya malah jadi lebih buruk daripada ketika OVJ masih berhadap-hadapan dengan YKS.
Ya, Hitam Putih bahkan tak mampu meraih posisi 50 besar acara paling banyak ditonton. Dalam laporan rating dan share dari Nielsen untuk tiga hari terakhir (13-15 Januari 2014), Hitam Putih hanya mampu duduk di posisi 81 (13/1/2014), 72 (14/1/2014), dan 79 (15/1/2014).
Apalagi kekuatan talk show sejatinya juga tergantung dengan bintang tamu yang didatangkan saat itu. Sekarang, kita tahu, setiap stasiun TV punya talk show yang saling berlomba menjadi yang pertama jadi tempat curhat seleb yang sedang punya kasus. Di sini, pesaing Hitam Putih bukan cuma YKS yang jam tayangnya head to head tapi juga talk show lain yang mendatangkan berbagai nara-sumber eksklusif.
Berbagai inovasi dilakuan acara ini. Yang terakhir dengan mendatangkan Farhat Abbas sebagai host tamu. Langkah ini ternyata tak terlalu disukai penggemar berat Hitam Putih, mengingat Farhat Abbas bukanlah sosok yang disenangi publik. Akhirnya, apa boleh buat, Hitam Putih ditaklukan kakak sendiri, berkorban demi acara lawak yang sudah jadi ikon, dan pada gilirannya menyerah pada rating dan share. Amat disayangkan.
(tabloidbintang.com)