Tubuh gadis ini ditemukan pada tahun 1999. Sebuah ekspedisi Argentina-Peru menemukan tubuh sempurna yang telah diawetkan dan ia dijuluki 'La Doncella' yang berarti 'Si Gadis'. Menurut kepercayaan, dia memilih untuk pergi dan tinggal bersama para dewa. Namun dalam kenyataannya, gadis ini adalah pengorbanan kepada Dewa Inca dan telah secara brutal dibunuh atas nama agama.
Para ilmuwan mengatakan bahwa organ tubuh gadis ini masih utuh dan seperti baru meninggal beberapa minggu yang lalu. Dari pengujian sampel rambutnya, mereka bisa menentukan jenis pengawet yang digunakan sebelum kematiannya. Ini mengarah pada penemuan bahwa anak anak Inca memang sengaja digemukkan terlebih dahulu sebelum akhirnya dibunuh. Berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sebelum jadi persembahan buat Dewa, anak-anak ini diberi makanan enak yang terdiri dari jagung dan protein hewani.
Jika kita melihat lengan dan tangan dari gadis ini, memang sulit untuk membayangkan bahwa dia sudah meninggal dunia selama lebih dari 500 tahun. Bersama dengan 2 anak-anak lain, gadis berusia 15 tahun ini dikorbankan karena mereka masih muda, suci dan cantik. Mereka dipercaya akan berada di tempat yang lebih baik dengan para Dewa.
Di puncak gunung beku vulcano yang disebut Llullaillaco (Argentina) anak-anak ini ditemukan oleh para arkeolog yang awalnya berpikir mereka belum lama meninggal karena mayatnya masih dalam keadaan baik. Setelah pemeriksaan, ditemukan semua organ tubuh anak-anak ini masih dalam keadaan utuh dan bahkan darah di hati masih merah seperti orang yang hidup.
The Ice Maiden, julukan untuk para gadis ini ditemukan dalam posisi duduk, mengenakan kain bagus dan rambutnya dikepang. Mereka tampak seperti hanya tertidur dan bisa bangun setiap saat. Melihat dari kondisi tubuh, diyakini bahwa gadis ini dibius dan dibiarkan mati di pegunungan. Tak lama kemudian ia akan meninggal karena suhu yang sangat rendah.
Para imam besar Inka mengambil korban dan membawa mereka ke puncak gunung tinggi untuk pengorbanan. Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, khususnya bagi para korban yang lebih muda, diberi makan daun koka untuk membantu mereka dalam pernanapasan sehingga memungkinkan untuk mencapai lokasi penguburan dalam keadaan hidup.
Setelah mencapai situs pemakaman, anak-anak diberi minuman memabukkan untuk meminimalkan rasa sakit, takut, dan resistensi. Kemudian mereka dibunuh dengan cara dicekik, dipukul di kepala atau dengan meninggalkan mereka dalam keadaan tidak sadar akibat dibius, pada suhu yang dingin dan ekstrim hingga akhirnya mereka mati perlahan. Banyak anak Inca yang ditawarkan sebagai korban jika ada peristiwa penting, seperti kematian Sapa Inca (Sang kaisar) atau selama kelaparan. Korban-korban ini dikenal sebagai capacocha.
Mengapa Hanya Anak-Anak Yang Dijadikan Korban?
Anak-anak yang dipilih untuk pengorbanan karena mereka dianggap paling suci dibandingkan orang dewasa. Mereka dipilih karena kecantikan dan kebangsawanannya. Menurut kepercayaan Inca, anak-anak tersebut mewakili dari tiap-tiap desa mereka. dari ketinggian pegunungan bergabung dengan nenek moyang mereka dan dihormati dalam kematian.
Anak-anak memakai sepatu atau sandal dan mengenakan pakaian berwarna-warni dihiasi dengan medali, tulang dan tali. Lebih dari 100 ornamen berharga ditemukan untuk dimakamkan dengan anak-anak di situs pemakaman. Mereka dibungkus selendang dan duduk bersila karena mereka akan tertidur setelah dibius.