Djoko Susanto, bos industri ritel PT Sumber Alfaria Trijaya atau yang dikenal dengan Alfamart, masuk dalam jajaran miliarder baru atau orang terkaya di Indonesia. Bos Alfamart ini, menurut majalah Forbes, tahun 2011 lalu, memiliki harta kekayaan sebesar 1,040 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9,36 triliun.
Total kekayaan Djoko Susanto yang memulai bisnisnya dari satu kios kelontong berukuran 560 meter persegi bernama Sumber Bahagia (sumber kebahagiaan) di Pasar Arjuna, Jakarta, ini berhasil mengalahkan total kekayaan pengusaha ternama Aburizal Bakrie. Bos Alfamart ini berhasil menduduki posisi orang terkaya ke-25 atau lima peringkat di atas Aburizal Bakrie.
Berdasarkan data majalah Forbes, kekayaan Ical, demikian kandidat calon presiden 2014 ini disapa, sebesar 890 juta dollar AS atau Rp 8,01 triliun. Dengan jumlah kekayaan tersebut, Ical bertengger di posisi ke-30. Peningkatan harta kekayaan Djoko Susanto ini luar biasa. Sebelumnya, pada pengumuman daftar orang terkaya di Indonesia 2010, namanya tidak masuk dalam daftar 40 orang terkaya. Sementara itu, posisi teratas atau nomor satu orang terkaya di Indonesia masih diduduki Hartono bersaudara.
Profil Perusahaan Ritel Alfamart :
Di tangannya, jaringan Alfamart menggurita dengan ribuan gerai. Jejak gemilangnya juga terekam di Indomaret. Jangan heran, ia kerap disebut sebagai sosok di balik sukses kedua minimarket itu. Apa jurus ampuh yang dimilikinya?
Menyebut nama Chief Operating Officer PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT), Pudjianto, orang pun, terutama kalangan eksekutif dan pentolan bisnis ritel nasional akan mengacungkan jempol padanya. Maklum, pria kelahiran Gombong, Jawa Tengah, tanggal 4 Mei 1954, ini dikenal sebagai sosok di balik keberhasilan Indomaret dan Alfamart. Berkat konsep yang dibesutnya, kedua minimarket ini terus menggelinding ke berbagai pelosok kota.
Setelah sukses membesarkan Indomaret, di tangannya, Alfamart juga terus mengepakkan sayapnya. Saat dipinang Djoko Susanto, pemilik Alfamart, pada 2001, gerai Alfamart baru 34. Pada akhir 2001, jumlah gerai menjadi 145. Setahun kemudian, jumlah gerai membengkak menjadi 350. Tak hanya dari sisi kuantitas, dari sisi ekuitas merek, Alfamart juga tercatat sebagai minimarket nomor satu menurut data AC Nielsen.
Strategi dan jurus apakah yang dilakukan Pudjianto? Diakuinya, dibutuhkan waktu hingga satu tahun untuk mendesain konsep Alfamart.
"Perusahaan mengharapkan saya bisa membawa Alfamart menjadi nomor satu dari jumlah unit dan keuntungan," katanya.
Untuk memperbanyak gerai, menurutnya, ada beberapa pertimbangan. Dalam hal potensi lokasi, misalnya, persyaratan yang paling simpel: harus dihuni sekitar 2.000 kepala keluarga, lalu lintasnya harus dilalui angkutan umum, aman, dan dilewati jaringan komunikasi. "Kalau dari hitungan bisnis menguntungkan, kami berani buka outlet," katanya.
Menurut Pudji, dalam mengelola minimarket, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain lokasi, segmentasi, pemilihan produk, pricing, promosi, komunikasi dan inovasi. Untuk inovasi, Alfamart memang selangkah lebih maju.
(Op);sumber:kompas.com, swa.co.id;foto:forbes.com