Kabar meninggalnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidadno, pada hari Sabtu, tanggal 21 April 2012 yang diduga karena serangan jantung saat melakukan pendakian di Gunung Tambora, Sumbawa, NTB sangat mengagetkan banyak pihak. Pasalnya, menteri berambut gondrong dan bernampilan sederhana itu tidak menunjukkan gejala sakit apapun sebelumnya. Lantas, apa sebenarnya yang bisa menimbulkan seseorang mengalami serangan jantung 'mendadak' sehingga memperpendek usia 'korban'nya?
Serangan jantung adalah terhentinya aliran darah, meskipun hanya sesaat, yang menuju ke jantung, dan mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati. Dilansir dari sebuah buku berjudul 'Family Medical Care', Dr John F Knight menuturkan serangan jantung yang menimpa orang secara mendadak disebabkan oleh penumpukan makanan yang tidak sehat, terutama yang mengandung lemak dan gula.
"Kematian mendadak karena serangan jantung sarat hubungannya dengan makanan yang sarat lemak dan gula," kata Dr F Knight.
Dr F Knight menjelaskan, bahwa jantung bekerja bagaikan pompa yang mengalirkan darah melalui paru-paru hingga ke seluruh tubuh. Kendati demikian, jantung dapat bekerja selagi persediaan darah masih ada. "Melalui kardiak atau koroner darah dialirkan ke seluruh tubuh. Apabila dinding-dinding pembuluh darah menyempit sehingga tidak mampu lagi mengalirkan darah secukupnya terjadilah serangan jantung," jelasnya.
Adapun penyempitan dinding pembuluh darah dikarenakan zat-zat yang terdapat pada darah sedikit demi sedikit mengendap pada lapisan intim. "Bagian dalam pembuluh-pembuluh nadi itu bagaikan pipa air yang digunakan bertahun-tahun dan telah diendapi garam, kotoran-kotoran, dan zat-zat lain di dalamnya. Akibatnya, air yang mengalir semakin kecil dan tekanannya pun tinggi," lanjutnya.
Pembuluh darah menjadi sempit karena lemak-lemak yang menempel di dindingnya. Lemak yang menempel itu disebut lipids. Lipids terbagi dua, pertama disebut kolesterol dan kedua adalah triglyceride. Selain itu, serangan jantung bisa terjadi secara tiba-tiba. Mungkin juga terjadi penyumbatan saluran darah ke bagian utama otot jantung. Jika penyumbatan terjadi di pembuluh darah utama, korban bisa meninggal seketika.
"Serangan juga bisa mengakibatkan pembekuan darah atau thrombus yang makin lama membengkak dan menyumbat saluran darah ke jantung. Jika hal ini terjadi di otak orang tersebut, akan mengalami stroke dan jika dinding pembuluh darah pecah, terjadilah pendarahan yang menyebabkan kematian," ungkap Dr F Knight.
Adanya Faktor Risiko
Adanya Faktor Risiko
Sementara itu, tim peneliti dari Wake Forest Baptist Medical Center melaporkan dalam British Medical Journal's Health bahwa ada faktor-faktor tertentu yang bisa membuat seseorang lebih berisiko mengalami kematian jantung mendadak.
"Kematian jantung mendadak biasanya terjadi sebelum atau saat pasien baru tiba di rumah sakit, sehingga hanya sedikit usaha yang bisa dilakukan untuk menyelamatkannya," ujar Dr Elsayed Z Soliman, seperti dikutip dari Healthland.Time.
Jika bisa mengidentifikasi faktor-faktor risikonya, maka diharapkan bisa menjadi langkah pertama untuk mengurangi angka kejadian kematian jantung mendadak. Kondisi ini terjadi ketika jantung berhenti secara mendadak dan tidak terduga sehingga mencegah darah mengalir ke otak dan organ penting lain yang menyebabkan kematian dalam beberapa menit.
Faktor-faktor ini diharapkan bisa membantu dokter dan pasien dalam mengidentifikasi seseorang yang berisiko tinggi. Nah, berikut ini adalah beberapa faktor yang membuat seseorang beresiko mengalami serangan jantung mendadak yang ditemukan oleh peneliti yaitu:
1. Etnis (berkulit hitam)
Peneliti menemukan orang dengan etnis kulit hitam lebih mungkin meninggal karena serangan jantung sebelum mencapai rumah sakit.
2. Memiliki tekanan darah tinggi
Jika seseorang memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi maka bisa meningkatkan denyut jantung yang menjadi prediktor kuat kematian mendadak.
3. Nilai indeks massa tubuh (IMT)
Seseorang yang memiliki nilai IMT tinggi atau rendah secara signifikan dikaitkan dengan risiko kematian mendadak yang lebih besar, tapi tidak meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Hasil pemeriksaan ECG, tes ECG (electrocardiograph) dilakukan untuk mengukur irama detak jantung. Jika hasil tes ini abnormal maka bisa menjadi prediktor terkuat terhadap kematian jantung mendadak.
Faktor-faktor di atas umumnya tidak bersifat kausal, yang berarti belum tentu orang dengan kriteria tersebut tidak bisa mengelak dari kematian jantung, tapi orang yang tidak termasuk kriteria ini belum tentu terlindungi sepenuhnya.
[mor];editor:Op;sumber:inilah.com
Faktor-faktor di atas umumnya tidak bersifat kausal, yang berarti belum tentu orang dengan kriteria tersebut tidak bisa mengelak dari kematian jantung, tapi orang yang tidak termasuk kriteria ini belum tentu terlindungi sepenuhnya.
Amazing artikel…. Semoga saya bisa praktekan tipsnya dan berhasil