Ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010 kali ini semakin berwarna saja. Ada Raden Roro Iin Irjayanti yang biasa disapa Iin yang sangat antusias dan bersemangat untuk meraih gelar Puteri Banten guna mengantarnya ke Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010 ini. Asal tahu saja, Iin adalah seorang gadis yang berprofesi sebagai pilot. Meski gelar Puteri Banten tak berhasil diraihnya dan mahkota pun tak berhasil dikenakannya, namun Iin telah menunjukkan bahwa seorang perempuan atau seorang 'puteri' pun bisa melakukan pekerjaan atau profesi laki-laki. Iin yang masih keturunan Keraton Kanoman Cirebon ini mengaku tak pernah patah arang untuk meraih impiannya.
Tak hanya Iin, ternyata ada perempuan atau puteri lain yang membawa kisah berbeda. Dia adalah Puteri dari Papua. Seorang perempuan muda asal Papua bernama lengkap Oifance Elmerilia Falentin Imbiri dan biasa dipanggil Oifa. Gambar di atas adalah foto Oifa, Puteri Papua dalam ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010. Oifa yang masih berusia 20 tahun ini adalah seorang mahasiswi jurusan ilmu hukum di Universitas Cendrawasih, Papua. Uniknya, Oifa adalah seorang atlet basket.
Oifa yang hobi membaca ini mengaku tomboy dan sangat jauh dari kesan feminin. Sangat bertolakbelakang dengan imej Puteri Indonesia yang anggun dan feminin. "Saya enggak suka pakai lipstik atau rok. Saya juga enggak terbiasa make-up sendiri. Namun saya yakin bisa menyesuaikan diri dalam ajang kecantikan ini. Saya mampu membaur dan membawa nama Papua," katanya di sela pembekalan mengenai isu perempuan bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, SIp, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (1/10/2010) lalu.
Oifa juga mengaku lebih senang menonton sepakbola atau memancing daripada menjalani aktivitas feminin lainnya. Namun, kebiasaannya tak lantas mengalahkan kepercayaan dirinya melaju dalam putaran Pemilihan Puteri Indonesia Nasional. Meski kulitnya hitam, ia tetap percaya diri membawa nama Papua. "Saya berbeda sendiri. Kulit saya hitam, sedangkan peserta lain cantik dan kulitnya putih," akunya jujur, namun tetap menyiratkan kepercayaan diri yang tinggi.
Sosok Oifa dan Iin hadir dalam Pemilihan Puteri Indonesia 2010 bukan sekedar terobsesi untuk menyandang gelar atau menjadi pemenang ajang pemilihan Puteri Indonesia. Melalui ajang ini, secara pribadi kedua perempuan ini ingin menggali lebih dalam potensi diri. Selain juga menunjukkan bahwa perempuan bisa berkiprah di mana saja, tanpa ada yang bisa membatasinya.
Dalam pandangan Oifa, sumber daya manusia di Papua perlu ditingkatkan kapasitasnya. Melalui pendidikan, salah satunya. Semua kesempatan akan terbuka lebar, jika SDM Papua, termasuk perempuan di dalamnya, memiliki kepercayaan diri, mau berubah, dan berani menaklukkan rasa takut atau minder dalam dirinya, jelas Oifa.
Ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010 ini menjadi salah satu cara untuk menggali potensi diri. Peran sosial yang akan dijalankan puteri terpilih setiap tahunnya, mendorong semangat perempuan muda untuk turut andil dan menunjukkan talenta lain dalam dirinya. Ajang yang identik dengan feminitas perempuan ini juga menarik minat mereka yang bergelut dalam dunia maskulin. Para peserta PPI 2010 ini sepertinya ingin menunjukkan bahwa perempuan itu serba bisa.
WAF; editor:Opung, Dini(Kompas);foto:Banar Filardhi
Oifa yang hobi membaca ini mengaku tomboy dan sangat jauh dari kesan feminin. Sangat bertolakbelakang dengan imej Puteri Indonesia yang anggun dan feminin. "Saya enggak suka pakai lipstik atau rok. Saya juga enggak terbiasa make-up sendiri. Namun saya yakin bisa menyesuaikan diri dalam ajang kecantikan ini. Saya mampu membaur dan membawa nama Papua," katanya di sela pembekalan mengenai isu perempuan bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, SIp, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (1/10/2010) lalu.
Oifa juga mengaku lebih senang menonton sepakbola atau memancing daripada menjalani aktivitas feminin lainnya. Namun, kebiasaannya tak lantas mengalahkan kepercayaan dirinya melaju dalam putaran Pemilihan Puteri Indonesia Nasional. Meski kulitnya hitam, ia tetap percaya diri membawa nama Papua. "Saya berbeda sendiri. Kulit saya hitam, sedangkan peserta lain cantik dan kulitnya putih," akunya jujur, namun tetap menyiratkan kepercayaan diri yang tinggi.
Sosok Oifa dan Iin hadir dalam Pemilihan Puteri Indonesia 2010 bukan sekedar terobsesi untuk menyandang gelar atau menjadi pemenang ajang pemilihan Puteri Indonesia. Melalui ajang ini, secara pribadi kedua perempuan ini ingin menggali lebih dalam potensi diri. Selain juga menunjukkan bahwa perempuan bisa berkiprah di mana saja, tanpa ada yang bisa membatasinya.
Dalam pandangan Oifa, sumber daya manusia di Papua perlu ditingkatkan kapasitasnya. Melalui pendidikan, salah satunya. Semua kesempatan akan terbuka lebar, jika SDM Papua, termasuk perempuan di dalamnya, memiliki kepercayaan diri, mau berubah, dan berani menaklukkan rasa takut atau minder dalam dirinya, jelas Oifa.
Ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010 ini menjadi salah satu cara untuk menggali potensi diri. Peran sosial yang akan dijalankan puteri terpilih setiap tahunnya, mendorong semangat perempuan muda untuk turut andil dan menunjukkan talenta lain dalam dirinya. Ajang yang identik dengan feminitas perempuan ini juga menarik minat mereka yang bergelut dalam dunia maskulin. Para peserta PPI 2010 ini sepertinya ingin menunjukkan bahwa perempuan itu serba bisa.
WAF; editor:Opung, Dini(Kompas);foto:Banar Filardhi