Heboh! Ada bayi lahir dengan ekor sepanjang 3 cm pada hari Selasa tanggal 12 Oktober 2010. Malangnya lagi, bayi ini tidak memiliki tempurung kepala sehingga otaknya berada di luar. Mata dan hidungnya pun tak sempurna bentuknya. Kejadian ini terjadi di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Pada hari Rabu tanggal 13 Oktober 2010, warga sekitar langsung dihebohkan dengan kejadian ini. Sang ayah bayi, yang bernama Dami merasa iba dengan anaknya yang baru lahir. Ia memikirkan bagaimana jika si bayi besar nanti dengan kondisi yang seperti itu.
Bayi dengan kondisi memiliki ekor sepanjang tiga sentimeter dan tanpa tempurung kepala itu lahir di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mandor. Warga pun berduyun-duyun mendatangi Puskesmas tersebut. "Sampai sekarang Puskesmas Mandor masih ramai, orang-orang dari desa lain juga datang untuk melihat bayi itu," ujar Mariwan, Warga Desa Sambora Kecamatan Toho.
Untuk membuang rasa penasarannya, Mariwan bahkan sempat mengabadikan kondisi bayi tersebut dengan kamera di telepon genggamnya. Dia menuturkan, kondisi sang bayi tersebut terlihat mengerikan dengan ekor itu.
Namun dipihak lain, Kepala Puskesmas Mandor Sri Supartinah, yang dikonfirmasi Tribun Pontianak, menyesalkan isu yang sudah terlanjur berkembang. Dia membantah bayi tersebut mirip binatang dan mempunyai ekor. "Bayi ini cacat, tidak memiliki tempurung kepala sehingga otaknya berada di luar. Mata dan hidungnya tidak sempurna. Sementara fisik lainnya seperti tangan dan kakinya juga tidak normal. Kami tidak bisa menyimpulkan kondisi bayi itu seperti apa," katanya.
Sri juga menuturkan, bayi dengan berat 3 kilogram tersebut terlahir dari rahim Asui (17 tahun) pada Selasa (12/10/2010) dini hari di Desa Stabar melalui bantuan bidan desa. Agar tetap dalam keadaan stabil, pihak puskesmas meletakkannya dalam inkubator dengan batuan oksigen. Susu diberikan melalui selang ke mulut bayi malang ini. "Kami sudah memberikan perawatan kepada bayi ini. Untuk memberinya susu terpaksa diberikan melalui selang," ujarnya.
Mengenai biaya perawatan bayi malang ini, sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Landak melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Hal ini karena perekonomian orangtuanya memang sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di rumah kecil berukuran 4 x 4 meter, beratapkan daun. Keduanya hanya mengandalkan hidup dari berladang dan menoreh getah.
Dami (22 tahun), ayah dari bayi unik tersebut, mengaku tidak pernah mempunyai firasat apa pun saat istrinya mengandung. Bahkan, istrinya rajin memeriksakan kandungannya ke bidan desa. "Saya sedih melihatnya, ingin rasanya punya anak yang sehat seperti anak orang lain. Jika dia hidup bagaimana jika besar nanti, kalau kondisinya seperti itu," keluh Dami.
foto:Tribun Pontianak
Untuk membuang rasa penasarannya, Mariwan bahkan sempat mengabadikan kondisi bayi tersebut dengan kamera di telepon genggamnya. Dia menuturkan, kondisi sang bayi tersebut terlihat mengerikan dengan ekor itu.
Namun dipihak lain, Kepala Puskesmas Mandor Sri Supartinah, yang dikonfirmasi Tribun Pontianak, menyesalkan isu yang sudah terlanjur berkembang. Dia membantah bayi tersebut mirip binatang dan mempunyai ekor. "Bayi ini cacat, tidak memiliki tempurung kepala sehingga otaknya berada di luar. Mata dan hidungnya tidak sempurna. Sementara fisik lainnya seperti tangan dan kakinya juga tidak normal. Kami tidak bisa menyimpulkan kondisi bayi itu seperti apa," katanya.
Sri juga menuturkan, bayi dengan berat 3 kilogram tersebut terlahir dari rahim Asui (17 tahun) pada Selasa (12/10/2010) dini hari di Desa Stabar melalui bantuan bidan desa. Agar tetap dalam keadaan stabil, pihak puskesmas meletakkannya dalam inkubator dengan batuan oksigen. Susu diberikan melalui selang ke mulut bayi malang ini. "Kami sudah memberikan perawatan kepada bayi ini. Untuk memberinya susu terpaksa diberikan melalui selang," ujarnya.
Mengenai biaya perawatan bayi malang ini, sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Landak melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Hal ini karena perekonomian orangtuanya memang sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di rumah kecil berukuran 4 x 4 meter, beratapkan daun. Keduanya hanya mengandalkan hidup dari berladang dan menoreh getah.
Dami (22 tahun), ayah dari bayi unik tersebut, mengaku tidak pernah mempunyai firasat apa pun saat istrinya mengandung. Bahkan, istrinya rajin memeriksakan kandungannya ke bidan desa. "Saya sedih melihatnya, ingin rasanya punya anak yang sehat seperti anak orang lain. Jika dia hidup bagaimana jika besar nanti, kalau kondisinya seperti itu," keluh Dami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar