Berita terbaru dan terkini dari Gunung Merapi. Dikabarkan Gunung Merapi telah meletus pukul 17.02 WIB, pada hari ini, Selasa tanggal 26 Oktober 2010. Luncuran awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel, terjadi hingga empat kali. Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), menyebutkan letusan pertama Gunung Merapi terjadi pada pukul 17.02WIB dan lebih mengarah ke barat. Letusan Gunung Merapi yang kedua terjadi pada pukul 17.19 WIB, 17.24 WIB, dan 17.34 WIB.
Namun, pantauan luncuran-luncuran berikut itu tidak bisa terpantau karena terhalang kabut tebal dan diduga tersebar ke segala arah. Semburan awan panas mencapai ketinggian 1,5 kilometer. Hingga kini, warga di sekitar lereng Merapi sedang dievakuasi untuk menghindari hujan abu yang panas.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyebut proses ini adalah awal dari erupsi atau letusan. "Awal erupsi terjadi pukul 17.02 WIB," tegas Subandrio kepada Tribunnews.com saat dihubungi dari Jakarta.
Erupsi adalah bahasa ilmiah meletus. Surono juga menjelaskan bahwa erupsi Gunung Merapi terjadi dua kali, yakni pukul 17.02 WIB dan 17.23 WIB. Menurut laporan warga yang berada di lereng selatan, sempat terdengar suara letusan. Warga selanjutnya hanya bisa melihat asap tebal hitam sangat tinggi. "Awan panas mencapai 1,5 kilometer tingginya," tegas Surono. Warga yang terkena awan panas terus merintih.
Saat ini proses evakuasi terus berjalan. Hujan abu hingga pukul 20.00 WIB terus terjadi. Hujan abu melebihi batas aman bencana, yakni 10 kilometer. Bahkan, masyarakat yang berada lebih dari 20 kilometer hingga kini juga mengalami hujan abu.
Seorang bayi berusia 3 bulan meninggal karena mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Demikian dikatakan Kepala IRD RSUD Muntilan, Sasongko, kepada wartawan di bangsal IRD, Selasa (26/10/2010). Menurut Sasongko, hingga kini pihaknya merawat sekitar 10 pasien yang menjadi korban karena mengalami sesak napas.
Dari 10 pasien itu, sembilan pasien mengalami sesak napas dan tiga di antaranya telah ditangani dengan pernapasan buatan. "Satu orang bayi sesak napas terlalu berat sehinga tidak bisa tertolong meski kami sudah berupaya maksimal. Bayi itu berusia 3 bulan," kata Sasongko.
Menurut Sasongko, bayi itu meninggal dalam perjalanan ke RS Muntilan sehingga tidak bisa tertolong lagi. Masyarakat diimbau agar beberapa waktu ke depan hendaknya menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk menghindari debu vulkanik.
BPPTK memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau Gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menyebut proses ini adalah awal dari erupsi atau letusan. "Awal erupsi terjadi pukul 17.02 WIB," tegas Subandrio kepada Tribunnews.com saat dihubungi dari Jakarta.
Erupsi adalah bahasa ilmiah meletus. Surono juga menjelaskan bahwa erupsi Gunung Merapi terjadi dua kali, yakni pukul 17.02 WIB dan 17.23 WIB. Menurut laporan warga yang berada di lereng selatan, sempat terdengar suara letusan. Warga selanjutnya hanya bisa melihat asap tebal hitam sangat tinggi. "Awan panas mencapai 1,5 kilometer tingginya," tegas Surono. Warga yang terkena awan panas terus merintih.
Saat ini proses evakuasi terus berjalan. Hujan abu hingga pukul 20.00 WIB terus terjadi. Hujan abu melebihi batas aman bencana, yakni 10 kilometer. Bahkan, masyarakat yang berada lebih dari 20 kilometer hingga kini juga mengalami hujan abu.
Seorang bayi berusia 3 bulan meninggal karena mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Demikian dikatakan Kepala IRD RSUD Muntilan, Sasongko, kepada wartawan di bangsal IRD, Selasa (26/10/2010). Menurut Sasongko, hingga kini pihaknya merawat sekitar 10 pasien yang menjadi korban karena mengalami sesak napas.
Dari 10 pasien itu, sembilan pasien mengalami sesak napas dan tiga di antaranya telah ditangani dengan pernapasan buatan. "Satu orang bayi sesak napas terlalu berat sehinga tidak bisa tertolong meski kami sudah berupaya maksimal. Bayi itu berusia 3 bulan," kata Sasongko.
Menurut Sasongko, bayi itu meninggal dalam perjalanan ke RS Muntilan sehingga tidak bisa tertolong lagi. Masyarakat diimbau agar beberapa waktu ke depan hendaknya menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk menghindari debu vulkanik.
BPPTK memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau Gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.